PALANGKA RAYA, KALTENGKITA.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Tengah mencatat suhu udara maksimum mencapai 36,2°C pada 22 September 2025. Sementara pada Oktober, suhu tertinggi tercatat sebesar 36,7°C, terjadi pada 18 Oktober 2025. BMKG mengimbau masyarakat di seluruh wilayah Kalimantan Tengah untuk tetap waspada terhadap potensi suhu tinggi yang masih dapat terjadi hingga akhir bulan.
Selain suhu panas yang cukup ekstrem, intensitas curah hujan juga mulai meningkat, terutama pada pertengahan September. Puncaknya terjadi pada 17 September 2025 dengan curah hujan harian mencapai 49,2 milimeter. Secara total, curah hujan selama September mencapai 177,4 milimeter dengan frekuensi hujan tercatat selama 17 hari.
Kepala BMKG Kalimantan Tengah, Agung Sudiono Abadi, mengatakan bahwa saat ini seluruh wilayah Kalteng telah memasuki musim hujan. Namun, masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, karena dinamika cuaca masih cukup signifikan.
“Meskipun sudah memasuki musim penghujan, suhu udara maksimum masih bisa terjadi. Di sisi lain, masyarakat juga perlu waspada terhadap potensi hujan lebat yang disertai angin kencang,” ujar Agung, Minggu (19/10/2025).
Ia mengimbau masyarakat untuk menghindari tempat-tempat berisiko saat terjadi hujan deras disertai angin, seperti berteduh di bawah pohon besar atau papan reklame. Menurutnya, kesadaran kolektif sangat penting untuk mengurangi risiko akibat cuaca ekstrem.
Agung juga menjelaskan bahwa fenomena suhu panas yang dirasakan masyarakat bukan termasuk heatwave atau gelombang panas seperti yang terjadi di negara subtropis. Suhu tinggi di wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Tengah, masih tergolong normal, meski terasa lebih menyengat.
“Kondisi panas ini kemungkinan berlanjut hingga akhir Oktober atau awal November 2025, tergantung waktu masuknya musim hujan di masing-masing daerah,” jelasnya.
Ia menambahkan, posisi gerak semu Matahari yang kini berada di selatan garis khatulistiwa menyebabkan wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan menerima intensitas penyinaran matahari lebih tinggi.
“Angin timuran dari Benua Australia membawa massa udara kering yang menghambat pembentukan awan, sehingga radiasi matahari mencapai permukaan bumi secara langsung tanpa banyak penghalang. Inilah yang membuat suhu terasa lebih terik, terutama di siang hari,” paparnya.
Meski sebagian wilayah sudah mulai diguyur hujan, masih ada daerah yang minim pembentukan awan hujan, sehingga radiasi matahari tetap dominan dan cuaca terasa panas.
“BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan, memperbanyak konsumsi air putih, dan menghindari paparan sinar matahari langsung terlalu lama. Waspadai pula perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang. Selalu pantau informasi dan peringatan dini dari BMKG,” pungkasnya. (*)