KALTENGKITA.COM-Mutasi Covid-19 varian Omicron terus terjadi. Tingginya penularan kasus menimbulkan ancaman munculnya mutasi varian atau subvarian baru. Maka dari itu, jika hanya mendapatkan vaksin 2 dosis, tidak akan cukup.
Hal itu diungkapkan Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman. Menurutnya, dari sejumlah literatur menunjukkan definisi vaksin dosis lengkap di era Omicron adalah wajib 3 dosis.
“Ya ini jelas kalau bicara secara public health atau secara target ya kita setidaknya target di 3 dosis saja. Harus dikejar dulu ya. Data saat ini, definisi vaksin penuh ada di 3 dosis,” jelasnya kepada JawaPos.com baru-baru ini.
Cakupan vaksinasi booster sesuai data Satgas Covid-19 saat ini baru mencapai 25 persen. Dicky menargetkan setidaknya dosis lengkap harus di atas 50 persen untuk melindungi antibodi. Sebab, kata dia, Omicron dan subvarian turunannya mampu menembus antibodi dari vaksin ataupun pernah terinfeksi.
“Boleh saja jika ingin memberikan dosis 4 untuk beberapa kelompok seperti lansia dan komorbid serta tenaga kesehatan. Itulah ya bisa saja dijadikan prioritas, fokus pada beberapa grup. Tapi sampai dosis 3 itu harus dicapai semua ke masyarakat,” ungkap Dicky.
Jika seseorang saat ini baru divaksinasi 2 dosis awal, kata Dicky, itu tidak akan cukup melindungi dari Omicron. Apalagi, lanjutnya, umumnya vaksin 2 dosis awal ketika itu menggunakan vaksin jenis inactivated virus Sinovac.
“Jika hanya dua dosis itu sudah enggak mempan untuk Omicron. Dan di Indonesia itu kan yang pertama bukan vaksin mRNA kan? Nah Omicron ini akan efektif, bisa efektif jika seseorang dapat vaksin mRNA. Jika masih 2 dosis terlalu riskan,” katanya.
Menurut Dicky, mengejar cakupan dosis 3 dan 4 ini memang lebih menantang. Dibutuhkan kemampuan dan komunikasi risiko di setiap level pemerintahan. “Maka penting vaksinasi booster untuk dikejar, bicara 3 dosis dulu saja,” tegasnya. (Redk-2)
