Kloter Pertama Sukses Mendarat di Madinah

Sehingga tidak tertular Covid-19 agar PCR-nya nanti bisa negatif,” katanya. Budi menyampaikan, ada lima CJH di pemberangkatan hari pertama kemarin yang hasil PCR-nya positif. Mereka otomatis tidak bisa masuk asrama haji meskipun visa hajinya sudah keluar. Kursi jemaah yang positif Covid-19 itu diisi CJH di daftar cadangan.

Pada hari kelima, CJH yang positif tersebut menjalani swab PCR kembali. Jika hasilnya negatif, ada peluang untuk diberangkatkan. Dengan catatan, masih terdapat seat atau kursi kosong di kloter belakangnya. Untuk urusan teknis ini, jelas Budi, Kemenkes selalu berkoordinasi dengan Kementerian Agama (Kemenag).

Budi juga mengingatkan, cuaca di Saudi saat ini cukup panas. Di kisaran 42 derajat Celsius. Selain itu, kelembapan udaranya sangat rendah. Sehingga membuat keringat yang keluar dari tubuh cepat mengering. Akibatnya, jemaah tidak merasa keluar keringat. Tetapi tiba-tiba lemas bahkan sampai dehidrasi. ”Kami melakukan kampanye minum jangan tunggu haus,” ucapnya.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief juga berpesan soal kesehatan. Setiba di Saudi, jemaah yang sakit atau memiliki kondisi tertentu sebaiknya memperbanyak istirahat di hotel. Tidak perlu memaksakan diri melakukan ibadah.

“Sehingga bisa sehat sampai nanti wukuf di Arafah dan ibadah di Mina,” tuturnya. Di dalam pesawat menjelang keberangkatan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berpesan supaya jemaah meluruskan niat. Jemaah terbang ke Saudi untuk berhaji, menyempurnakan rukun Islam. ”Niat kita ke Tanah Suci untuk ibadah. Tidak ada niat lain-lain,” pesannya.

Karena niat utamanya adalah ibadah, CJH diminta membatasi kegiatan di luar ibadah. Kegiatan-kegiatan di luar ibadah cukup dilakukan seperlunya saja. Sehingga ketahanan fisik tetap prima dan lancar menjalankan syarat serta rukun haji. Yaqut mengingatkan jemaah untuk tidak segan-segan meminta bantuan petugas haji Indonesia. Keberadaan petugas haji cukup mudah dikenali karena dibekali seragam khusus. Saat pelepasan, sejumlah jemaah tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia. Misalnya yang disampaikan Jamaludin bin Jaman, jemaah 53 tahun asal Jakarta. Dia menyatakan bersyukur bisa berangkat setelah tertunda dua tahun.

“Untuk persiapan, saya bawa masker banyak dan hand sanitizer,” katanya. Selain itu, dia membawa sejumlah multivitamin. Jamaludin sebelumnya sempat kecewa karena tidak bisa berhaji gara-gara pandemi pada 2020 dan 2021. Apalagi, dia sudah mendaftar sejak 2012.

Tetapi, dia menyadari bahwa penundaan tersebut dilakukan karena ada pandemi serta pertimbangan keselamatan jemaah. Mintoro Kusla, jemaah asal Pati, Jawa Tengah, bersyukur perjalanannya menuju Saudi lancar. “Alhamdulillah sudah mendarat,” ucap pria 46 tahun tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *